Perkembangan startup yang semakin pesat membuat banyak orang merealisasikan ide gilanya untuk membesarkan bisnis mereka. Tapi, karena perkembangannya yang pesat bukankah dibarengi dengan kejatuhan yang relatif cepat? Mengapa bisa demikian?
Apa itu Cash Burning?
Cash burning atau aksi bakar uang adalah salah satu penyebabnya. Aksi bakar uang demi mengejar target valuasi, database, dan eksposur hanya akan merugikan startup itu sendiri. Kegiatan bakar uang ini identik dengan memberi diskon, cashback, dan penawaran lain secara intens dan besar-besaran agar pengguna tetap menggunakan layanan startup sekaligus mengundang pengguna baru. Padahal strategi bakar uang merugikan investor dan startup itu sendiri.
Bahaya Apa Saja yang Ditimbulkan Cash Burning?
Sebut saja OVO, salah satu startup yang bergerak di bidang pembayaran digital yang ditinggalkan oleh salah satu investornya yaitu LIPPO Group. LIPPO melepas 70% kepemilikan sahamnya karena sudah tidak kuat lagi membakar uang dengan memberi penawaran, diskon, dan promosi setiap bulan secara terus menerus kepada penggunanya. Bahkan menurut salah satu ekonom, Nailul Huda, strategi “aksi bakar uang” yang dilakukan OVO hanyalah menambah beban perusahaan LIPPO Group. Apalagi, OVO harus bersaing dengan kompetitor utamanya yaitu Gopay yang berada di bawah naungan Gojek. Hal serupa juga dialami Bukalapak. Tentu hal ini tidak baik bagi startup itu sendiri karena permintaan yang dikalkulasi dan diproyeksi bukanlah permintaan jangka panjang.
Akibatnya investor enggan memberi pendanaan bagi startup yang hanya terfokus pada “growth” dan “burn” saja. Justru mereka lebih memilih untuk menyuntikkan dananya kepada startup yang berdampak signifikandalam jangka panjang.
Misalnya, startup Vanta baru-baru ini mendapat status unicorn dan pendanaansebesar $1,6 Billion, padahal di tengah kondisi sulit seperti sekarang. Bagaimana bisa? Jadi, Vanta ini adalah Business to Business (B2B) yang membantu perusahaan-perusahaan dan CEO-nya memiliki prinsip frugal, sehingga dia tidak melakukan bakar uang secara besar-besaran. Apa yang dia lakukan? Sustainable atau yang penting bertahan lama. Inilah yang membuat Vanta sebagai startup menarik di mata investor karena Vanta bisa survive dalam jangka panjang.
Bagaimana Cara Membangun Sustainable Business Model Innovation?
Terlepas dari Vanta sebagai salah satu startup yang sustainable, berikut langkah-langkah dalam membangun sustainable business model innovation.
1. Perluas kanvas bisnis dengan mengidentifikasi berbagai kerentanan dan peluang bisnis yang terkait dengan masalah sosial dan lingkungan.
2. Berinovasi untuk model bisnis yang tangguh dengan mengidentifikasi peluang yang memiliki potensi untuk pengembalian finansial, manfaat sosial dan lingkungan.
3. Uji, ulangi, dan sempurnakan konsep model bisnis untuk menghasilkan manfaat sosial dan lingkungan. Sehingga manfaat tersebut mengarah pada nilai dan keuntungan bagi perusahaan.
4. Skala inisiatif. Skala inisiatif di sini melibatkan orang-orang di perusahaan, di seluruh rantai pasokan, di jaringan perusahaan, serta di ekosistemnya untuk memperluas dampak dan keuntungan.
Ternyata bisnis startup selama ini cenderung tidak berjalan mulus ya. Di balik strategi bakar uang secara besar-besaran justru membahayakan investor, khususnya bagi startup itu sendiri. Bagaimana pendapat kalian, apakah setuju atau ada pendapat lain?